Standar Pakan Dan Berat Itik Pedaging
Itik peking di Indonesia diproduksi oleh 2 perusahaan besar yakni Pt. Charoen phokpan dan Pt. Malindo. Keduanya memiliki jenis itik peking yang berbeda yakni jenis grimaud dan Cherry Valley.
Berikut data pertumbuhan dan konsumsi pakan dari salah satu Pt tersebut :
Lalu apa gunanya data tabel diatas untuk kita?
Sebagai peternak kita dapat membandingkan hasil ternak kita dengan data diatas dan jika hasilnya kurang tentu dapat kita analisa kembali faktor apa yang menjadi penyebabnya. Tentu saja untuk data diatas dibutuhkan persyaratan khusus untukmeraihnya, semisal untuk itik peking dengan data diatas maka disyaratkan kandang harus closed house, pakan adlibitum dan harus pakan jadi buatan pabrik, suhu ideal dikandang dan lain sebagainya.
Sebagai penghasil dod itik pedaging seyogianya kita juga harus membuat data pertumbuhan dan konsumsi pakan dari itik kita sehingga pembeli dod dapat memastikan apakah manajemen yang mereka lakukan telah benar.
Oleh : CV. RAJAWALI BEBEK MANDIRI JAWA TIMUR
Salah satu indikator keberhasilan sebuah peternakan adalah dari produk
yang dihasilkannya. Bila peternakan itik petelur maka variabel yang
diukur adalah jumlah telur yang dihasilkan dari semua populasi itik
petelurnya, atau biasa kita sebut dengan hasil telur tiap hari/duckday.
Semakin tinggi persentase hasil telurnya maka sebuah peternakan dapat
disebut berhasil dan begitu juga sebaliknya.
Bagaimana dengan peternakan itik pedaging? Salah satu variabel yang
diukur adalah berat badan itik yang dihasilkannya dalam jangka waktu
tertentu. Hal ini dikarenakan penjualan itik pedaging umunya
memperhitungkan bobot itik. Kalaupun ada yang mempermasalahkan umur atau
bulu, tetap saja faktor berat badan juga ikut diperhitungkan.
Peternak itik pedaging seringkali kesulitan menentukan apakah itik yang
dipeliharanya telah memenuhi target berat yang diharapkan dikarenakan
sulitnya mencari data bobot standar itik pedaging. Hal ini makin
ditambah dengan keanekaragaman genetik itik yang ada di indonesia yang
tentu saja satu dengan yang lainnya menunjukkan perbedaan kecepatan
pertumbuhan sehingga wajarlah banyak sekali pertanyaan tentang hal
tersebut.
Berdasarkan jenisnya itik pedaging dapat kita kelompokkan menjadi 3 jenis yakni :
1. Itik lokal
Itik lokal pedaging umunya berasal dari jenis pejantan itik lokal, hal
ini dikarenakan itik betina lokal memiliki nilai jual yang jauh lebih
mahal daripada itik pejantan dan sering dipelihara sebagai itik petelur
sehingga hanya pejantanlah yang digunakan sebagai itik lokal pedaging.
Pemeliharaan itik lokal pedaging dahulu lebih sering dengan sistem angon
dikarenakan tingginya biaya pakan yang tidak tertutupi oleh harga
jualnya bila diusahakan dengan sistem intensif. Namun seiring dengan
kemajuan dunia peternakan dan perkembangan bahan pakan alternatif, itik
lokal kini dapat diternakkan dengan sistem intensif tanpa harus merugi.
Lalu berapa standar berat dan pakan untuk itik lokal? Untuk itik lokal kita dapat menggunakan standar dari data peneliti itik asal balitnak yakni bapak L.Hardy Prasetyo dibawah ini :
Lalu berapa standar berat dan pakan untuk itik lokal? Untuk itik lokal kita dapat menggunakan standar dari data peneliti itik asal balitnak yakni bapak L.Hardy Prasetyo dibawah ini :
2. Itik hibrida
Walaupun pengertian hibrida adalah persilangan, namun tentu saja salah
satu indukannya atau bahkan keduanya yang digunakan sebagai itik
pedaging umumnya memiliki keturunan/darah itik pedaging unggul seperti
misalnya itik peking. Hal ini karena sebagai ternak pedaging tentu yang
dikejar adalah kecepatan pertumbuhan/bobotnya.
Sayangnya tidak semua produsen penghasil itik hibrida pedaging di Indonesia telah "memurnikan indukannya" sehingga kualitas yang dihasilkan dari peternakannya menjadi sulit terukur. Hal ini bisa dimaklumi karena biaya untuk memurnikan indukan hibrida memang cukup mahal harganya. Salah satu produsen itik hibrida yang telah melaksanakan pemurnian indukan adalah produsen hibrida gunsi di gunung sindur bogor sehingga data mereka dapat kita pergunakan sebagai acuan kita.
Berikut data hibrida gunsi888 :
3. Itik PekingSayangnya tidak semua produsen penghasil itik hibrida pedaging di Indonesia telah "memurnikan indukannya" sehingga kualitas yang dihasilkan dari peternakannya menjadi sulit terukur. Hal ini bisa dimaklumi karena biaya untuk memurnikan indukan hibrida memang cukup mahal harganya. Salah satu produsen itik hibrida yang telah melaksanakan pemurnian indukan adalah produsen hibrida gunsi di gunung sindur bogor sehingga data mereka dapat kita pergunakan sebagai acuan kita.
Berikut data hibrida gunsi888 :
Itik peking di Indonesia diproduksi oleh 2 perusahaan besar yakni Pt. Charoen phokpan dan Pt. Malindo. Keduanya memiliki jenis itik peking yang berbeda yakni jenis grimaud dan Cherry Valley.
Berikut data pertumbuhan dan konsumsi pakan dari salah satu Pt tersebut :
Lalu apa gunanya data tabel diatas untuk kita?
Sebagai peternak kita dapat membandingkan hasil ternak kita dengan data diatas dan jika hasilnya kurang tentu dapat kita analisa kembali faktor apa yang menjadi penyebabnya. Tentu saja untuk data diatas dibutuhkan persyaratan khusus untukmeraihnya, semisal untuk itik peking dengan data diatas maka disyaratkan kandang harus closed house, pakan adlibitum dan harus pakan jadi buatan pabrik, suhu ideal dikandang dan lain sebagainya.
Sebagai penghasil dod itik pedaging seyogianya kita juga harus membuat data pertumbuhan dan konsumsi pakan dari itik kita sehingga pembeli dod dapat memastikan apakah manajemen yang mereka lakukan telah benar.